Ada dua metode untuk melakukan uji atau test terhadap infeksi SARS-CoV2 atau nCoV-19 (Virus Corona penyebab COVID-19); jenis yang pertama adalah test yang sangat sensitif/akurat dengan teknik mencari dan mendeteksi RNA Virus menggunakan metode yang disebut RT-PCR (Real Time - Polimerase Chain Reaction).
RT-PCR Test :
Metode ini setidaknya dapat mendeteksi adanya satu partikel virus dalam penyeka (alat untuk swab) yang diambil dari dalam mulut atau hidung seseorang. RT-PCR sangat spesifik, sensitif/akurat, namun memerlukan laboratorium, sehingga membutuhkan waktu. Sementara test RT-PCR-nya itu sendiri hanya membutuhkan beberapa jam, namun disertai juga waktu pengambilan sampel, pengangkutan, dan pemrosesan sampel, maka membutuhkan beberapa hari sebelum hasilnya dapat diketahui.
RT-PCR yang dilakukan dengan usap tenggorokan hanya dapat diandalkan pada minggu pertama penyakit. Nantinya virus itu bisa menghilang di tenggorokan sambil terus berkembang biak di paru-paru. Untuk orang yang terinfeksi yang diuji pada minggu kedua, bahan sampel alternatif dapat diambil dari saluran udara dalam dengan kateter isap atau bahan batuk (sputum) dapat digunakan.
Salah satu jenis tes PCR dikembangkan di Charite di Berlin pada Januari 2020 dengan menggunakan real time - reaksi rantai transkripsi polimerase terbalik (rRT-PCR), dan membuat sekitar 250.000 kit untuk didistribusikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat itu.
Serology Test :
Jenis test yang kedua adalah dengan cara mengukur respons antibodi (produksi antibodi termasuk IgM dan IgG) terhadap virus dalam serum darah; jika seseorang sudah terinfeksi. Ada berbagai virus yang menyebabkan tubuh seseorang membuat banyak antibodi yang berbeda. Beberapa antibodi sangat berguna, dan membunuh virus atau menghentikan infeksi, dan beberapa lainnya kurang bermanfaat, mengikat bagian-bagian umum virus tetapi tidak membantu pertahanan.
Metode test yang kedua tersebut sangat sederhana; yaitu melapisi tabung reaksi dengan komponen virus yang dimurnikan secara ideal, kemudian menambahkan sejumlah kecil sampel darah yang sangat encer dari pasien dan membiarkan antibodi mengikat ke tabung reaksi. Dan selanjutnya; dilakukan pengamatan atau dikembangkan test untuk melihat apakah terdapat antibodi.
Test ini dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi pada individu mulai 7 hari atau lebih setelah timbulnya gejala, untuk menentukan kekebalan, dan dalam pengawasan populasi. Tes dapat dilakukan di laboratorium pusat (CLT) atau dengan tes point-of-care (PoCT). Untuk CLT spesimen tunggal darah tepi umum digunakan, meskipun spesimen serial dapat digunakan untuk mengikuti respon imun. Untuk PoCT, spesimen darah tunggal biasanya diperoleh dengan tusukan kulit. Tidak seperti pada metode PCR, langkah ekstraksi tidak diperlukan sebelum pengujian.
Antibodi biasanya membutuhkan beberapa minggu untuk berkembang melawan infeksi baru dan bertahan lebih lama dalam aliran darah daripada virus itu sendiri, dapat memberikan gambaran kronologi infeksi. Jenis pengujian "serologi" ini adalah alat yang ampuh yang digunakan untuk memeriksa apakah seseorang telah mengalami infeksi. Jadi seseorang harus sudah terinfeksi terlebih dahulu; baru dapat diketahui adanya antibodi.
CTScan :
CTScan atau Rontgen Thorax; adalah pemeriksaan pencitraan pada paru paru. Sebuah penelitian telah dilakukan yang membandingkan PCR dengan CT di Wuhan; tempat asal pandemi; dan menunjukkan bahwa CT secara signifikan lebih sensitif daripada PCR, meskipun kurang spesifik; karena banyak fitur pencitraan yang tumpang tindih dengan Pneumonia dan Penyakit lainnya. Pada Maret 2020, American College of Radiology merekomendasikan bahwa CT tidak boleh digunakan untuk skrining awal atau sebagai tes lini pertama untuk mendiagnosis COVID-19.
Kemenkes merekomendasikan, Screening COVID-19 yang dilakukan oleh puskesmas atau fasyankes untuk pasien terduga positif Covid-19 dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan metode rapid test antibodi. Seseorang diambil darahnya dari pembuluh darah kapiler atau bisa juga dari ujung jari kemudian diperiksa. Cara kedua, yakni screening dengan melakukan tes swab atau pengambilan cairan dari tenggorokan atau pangkal hidung. Kemudian hasil dari swab ini akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa menggunakan metode polymerase chain reaction ( PCR).
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia telah menerbitkan Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia COVID-19; dimana diantaranya dijelaskan tentang penatalaksanaan test atau pemeriksaan RT-PCR dan Serology.
Referensi :
- Wikipedia; COVID-19 testing.
- WHO; Laboratory testing for coronavirus disease (COVID-19) in suspected human cases.
- Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia COVID-19; Tahun 2020.
- Sumber lainnya.
Baca Juga :
- Protokol Kesehatan Penanganan COVID-19; Pemerintah Indonesia
- Pencegahan COVID-19, dengan Social Distancing atau Physical Distancing