Lupus, Gejala, Penyebab dan Penanganannya
Artikel KM Dilihat: 73064
Penyakit Lupus dapat menyerang siapa saja. Meskipun Lupus sebagian besar menyerang perempuan usia produktif (15-44 tahun), namun kaum pria, kelompok anak-anak dan remaja juga dapat terkena Lupus. Penyakit ini juga dapat menyerang semua ras, namun lebih sering ditemukan pada ras kulit berwarna.
Lupus, Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun adalah istilah yang digunakan saat sistem imunitas atau kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri. Penyebab kondisi autoimun pada Lupus belum diketahui. Sistem kekebalan tubuh penderita Lupus akan menyerang sel, jaringan, dan organ yang sehat. Sistem kekebalan tubuh pada pasien penyakit Lupus akan mengalami kehilangan kemampuan untuk melihat perbedaan antara substansi asing (non-se/f) dengan sel dan jaringan tubuh sendiri (self).
Lupus merupakan penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun, menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh. LES (Lupus Eritematosus Sistemik) dapat menyerang satu atau lebih sistem organ.
Lupus adalah penyakit inflamasi kronis sistemik yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang keliru sehingga mulai menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Inflamasi akibat Lupus dapat menyerang berbagai bagian tubuh, misalnya kulit, sendi, sel darah, paru-paru, jantung.
Gejala Penyakit Lupus
Gejalanya awal kerap mirip dengan penyakit lain sehingga sulit untuk didiagnosis. Gejala Lupus sangat beragam. Ada yang ringan dan ada yang bahkan mengancam jiwa. Gejala Lupus yang paling sering muncul dari semua pasien tanpa memandang jenis kelamin adalah:
- Keletihan;
- Sakit kepala;
- Nyeri atau bengkak sendi;
- Demam;
- Anemia (baik karena jumlah sel darah merah/ haemoglobin kurang, atau karena volume darahnya kurang);
- Nyeri di dada ketika menarik nafas panjang;
- Ruam kemerahan pada pipi hingga hidung, polanya seperti kupu-kupu;
- Sensitif terhadap cahaya atau cahaya matahari;
- Rambut rontok sampai kebotakan (alopecia);
- Pendarahan yang tidak biasa;
- Jari-jariberubah pucat atau kebiruan ketika dingin (fenomena Raynaud);
- Sariawan di mulut atau koreng di hidung.
Jenis Penyakit Lupus
Penyakit Lupus terbagi dalam beberapa tipe, antara lain:
1). Lupus Eritematosus Sistemik (systemic lupus erythematosus/SLE)
Jenis Lupus inilah yang paling sering dirujuk masyarakat umum sebagai penyakit Lupus. SLE dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan sampai parah. Gejala SLE dapat datang dengan tiba-tiba atau berkembang secara perlahan-lahan atau dapat bertahan lama atau bersifat lebih sementara sebelum akhirnya kambuh lagi.
Banyak yang hanya merasakan beberapa gejala ringan untuk waktu lama atau bahkan tidak sama sekali sebelum tiba-tiba mengalami serangan yang parah. Gejala-gejala ringan SLE, terutama rasa nyeri dan lelah berkepanjangan, dapat menghambat rutinitas kehidupan. Karena itu para penderita SLE bisa merasa tertekan, depresi, dan cemas meski hanya mengalami gejala ringan.
SLE belum dapat disembuhkan. Tujuan pengobatannya adalah untuk mendapatkan remisi panjang, mengurangi tingkat gejala serta mencegah kerusakan organ pada penderita SLE serta meningkatnya kesintasan ("survival rate").
2). Lupus Eritematosus Kutaneus (cutaneous lupuserythematosus/ CLE)
Dapat dikenali dari ruam yang muncul pada kulit dengan berbagai tampilan klinis. Pada Lupus jenis ini dapat didiagnosis dengan mengenali gambaran klinis dan beberapa pengujian diantaranya melalui biopsi pada ruam. Pada gambaran biopsi akan terlihat adanya infiltrasi sel inflamasi dan endapan kompleks imun pada batas dermo epidermal yang dikenal dengan Lupus Band.
3). Lupus Imbas Obat
Efek samping obat berbeda-beda pada tiap orang. Terdapat lebih dari 100 jenis obat yang dapat menyebabkan efek samping yang mirip dengan gejala Lupus pada orang-orang tertentu.
Gejala Lupus akibat obat umumnya akan hilang jika berhenti mengonsumsi obat tersebut sehingga tidak perlu menjalani pengobatan khusus. Tetapi perlu diperhatikan untuk tidak lupa berkonsultasi kepada dokter sebelum memutuskan berhenti mengonsumsi obat dengan
resep dokter.
4). Sindroma Overlap; Undifferentiated Connective Tissue Disease (UCTD), dan Mixed Connective Tissue Disese (MCTD)
Pada sebagian pasien LES ternyata ditemukan juga manifestasi klinis lain yang memenuhi kriteria diagnostik penyakit autoimun lain seperti artritis reumatoid, skleroderma, atau miositis. Ada pula pasien LES yang juga memiliki gejala penyakit autoimun lain namun belum lengkap untuk didignosis penyakit autoimun tertentu.
Faktor Risiko Penyakit Lupus
Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya, memiliki variasi gambaran klinis yang luas, dan tampilan perjalanan penyakit yang beragam. faktor genetik, imunologik dan hormonal, serta lingkungan diduga juga berperan dalam perjalanan penyakit.
Faktor risiko penyakit LES adalah:
- Faktor genetik: diketahui bahwa sekitar 7% pasien LES memiliki keluarga dekat (orang tua atau saudara kandung) yang juga terdiagnosis LES. Oleh karena itu, faktor genetik merupakan salah satu faktor risiko LES. Sejauh ini diketahui terdapat sekitar 30 variasi gen yang dikaitkan dengan kejadian SLE.
- Faktor lingkungan: infeksi, stres, makanan, antibiotik khususnya kelompok sulfa dan penisilin), cahaya ultraviolet (matahari) dan penggunaan obat-obat tertentu, merokok, paparan kristal silika, merupakan faktor pemicu timbulnya LES.
- Faktor hormonal: perempuan lebih sering terkena penyakit LES dibandingkan dengan laki-laki. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit LES sebelum periode menstruasi atau selama kehamilan mendukung dugaan bahwa hormon, khususnya estrogen menjadi pencetus penyakit LES. Namun, hingga saat ini belum diketahui secara pasti peran hormon yang menjadi penyebab besarnya prevalensi LES pada perempuan pada periode tertentu.
Deteksi Dini Penyakit LES
Deteksi dini dapat dilakukan menggunakan formulir SALURI (Periksa Lupus Sendiri) dan di Puskesmas atau di sarana pelayanan kesehatan lainnya bagi masyarakat yang dicurigai menderita penyakit LES atau memilki gejalanya.
Bila Anda menjawab YA untuk minimal 4 pertanyaan, ada kemungkinan Anda terkena Lupus. Segera konsultasikan dengan dokter Puskesmas atau rumah sakit setempat.
- Demam lebih dari 38°C dengan sebab yang tidak jelas.
- Rasa lelah dan lemah berlebihan.
- Sensitif terhadap sinar matahari.
- Rambut rontok.
- Ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu yang sayapnya melintang dari pipi ke pipi.
- Ruam kemerahan dikulit.
- Sariawan yang tidak kunjung sembuh, terutama diatap rongga mulut.
- Nyer idan bengkak pada persendian terutama dilengan dan tungkai, menyerang lebih dari 2 sendi dalam jangka waktu lama.
- Ujung-ujung jari tangan dan kaki menjadi pucat hingga kebiruan saat udara dingin.
- Nyeri dada terutama saat berbaring dan menarik nafas:
- Kejang atau kelainan saraf lainnya.
- Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium (atas anjuran dokter) : Anemia: penurunan kadar sel darah merah, Leukositopenia: penurunan sel darah putih, Trombositopenia: penurunan kadar pembekuan darah, Hematuria dan proteinuria: darah dan protein pada pemeriksaan urine, Positif ANA dan atau Antids-DNA.
Tatalaksana Umum Pasien Penyakit LES
Tatalaksana pasien penyakit LES adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien penyakit LES dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tatalaksana umum yang harus dilakukan adalah :
- Hindari aktifitas fisik yang berlebihan.
- Hindari merokok.
- Hindari perubahan cuaca karena mempengaruhi proses inflamasi.
- Hindari stres dan trauma fisik.
- Diet khusus sesuai organ yang terkena.
- Hindari pajanan sinar matahari secara langsung, khususnya UV pada pukul 10.00 sampai 15.00.
- Gunakan pakaian yang tertutup, tabir surya minimal SPF30PA++ 30 menit sebelum keluar rumah.
- Hindari pajanan lampu UV (Ultra Violet).
- Hindari pemakaian kontrasepsi atau obat lain yang mengandung hormon estrogen.
- Kontrol secara teratur ke dokter ;
- Minum obat teratur.
Lupus ada yang tidak parah, tapi ada juga yang sampai mengancam jiwa. Karena itu Lupus harus selalu ditangani oleh dokter yang ahli. Dengan pengobatan yang baik, banyak penderita lupus yang bisa hidup normal dan memiliki harapan hidup yang lebih panjang.
Referensi :
- Infodatin; Situasi Lupus di Indonesia; Kemenkes RI.
- P2PTM; Kenali Gejala Penyakit Lupus; Kemenkes RI.
Baca Juga :