Penerapan Komunikasi Efektif di Rumah Sakit
Artikel KM Dilihat: 160263
Komunikasi dapat berbentuk verbal, elektronik, atau tertulis. Komunikasi yang buruk dapat membahayakan pasien. Komunikasi yang rentan terjadi kesalahan adalah saat perintah lisan atau perintah melalui telepon, komunikasi verbal, saat menyampaikan hasil pemeriksaan kritis yang harus disampaikan lewat telepon.
Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan aksen dan dialek. Pengucapan dapt juga menyulitkan penerima perintah untuk memahami perintah yang diberikan, misalnya nama-nama obat yang rupa dan ucapannya mirip (look alike, sound alike).
Pengertian :
Komunikasi Efektif adalah komunikasi yang tepat sasaran dan mencapai tujuan. Komunikasi dikatakan efektif jika, informasi, ide atau pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik sehingga terbentuk kesamaan persepsi, perubahan perilaku atau saling mendapatkan informasi atau menjadi paham.
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. proses komunikasi efektif artinya proses dimana komunikator dan komunikan saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif merupakan Sasaran yang kedua dari 6 (enam) Sasaran Keselamatan Pasien.
Latar Belakang :
Didalam sebuah Rumah Sakit terdiri dari berbagai profesi; yaitu Medik (Dokter Umum, Dokter Spesialis), Keperawatan (Perawat Klinik, Bidan) dan Profesi Lainnya (Farmasi, Analis, Radiografer, dll.) yang memilki kebiasaan dan latar belakang masing masing profesinya. Namun untuk bekerja dalam melayani kebutuhan pasien dengan prinsip "patient centre care", masing masing profesi tidak bisa bekerja sendiri sendiri, tetapi harus menjadi sebuah tim yang solid, kompak, serta bekerjasama.
Untuk mewujudkan teamwork yang solid, kompak, saling bekerjasama, dibutuhkan komunikasi yang baik diantara sesama anggotanya. Komunikasi Efektif dapat diterapkan untuk menjadi solusi sehingga masing masing anggota saling memahami dan menghargai demi tercapainya tujuan bersama.
Berkomunikasi Efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing orang menyebutnya “the communication is in tune”, yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan.
Strategi Penerapan :
Komunikasi Efektif yang diterapkan di Rumah Sakit Krakatau Medika adalah dengan menggunakan Strategi SBAR yang terdiri dari :
- S : Situation; Yakni penjelasan situasi terkini yang terjadi pada pasien.
- B : Background; Yakni informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi dan latar belakang pasien terkini.
- A : Assessment; Yakni hasil pengkajian kondisi pasien terkini/ terakhir.
- R : Recommendation; Yakni rekomendasi apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah terhadap pasien ybs.
Hal lain yang diterapkan dalam komunikasi efektif antara lain penyampaian informasi tentang hal kritis. Jika diperoleh hasil atau data pemeriksaan yang bersifat "kritis" (memenuhi kriteria kritis); setiap profesi terkait harus segera menyampaikannya kepada yang berkepentingan dan berwenang dalam bidangnya.
Beberapa aktifitas yang membutuhkan Komunikasi Efektif antar profesi antara lain adalah : komunikasi/ instruksi dalam bentuk lisan atau telepon, penyampaian data/ hasil periksaan kritis, sistem rujukan, serta aktifitas serah terima pasien.
Ekspektasi :
Komunikasi yang efektif ini akan membuat para Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang bekerjasama akan mampu mendeteksi masalah kesehatan lebih awal, meningkatkan akurasi diagnosis, mencegah krisis medis dan intervensi yang mahal, serta menghindari long stay perawatan. Selain itu juga dapat meningkatkan pengetahuan pasien terhadap masalah kesehatannya, juga meningkatkan kepatuhan pasien terhadap proses terapi dan pencegahan penyakit.
Komunikasi yang efektif antar profesi pemberi asuhan, akan sangat membantu peran integrasi dan coordinative care pada para pasien. Pada akhirnya, hal ini akan meningkatkan kepuasan pasien, penggunaan sumber dana kesehatan yang cost effective, mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien, meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan image pelayanan dan menurunkan kemungkinan tuduhan pelayanan yang kurang baik.
Baca Juga :